ASPEK PEMASARAN :
Keadaan supply dan demand
· Perkembangan kapasitas produksi industri pertenunan di Indonesia cenderung stagnan. Pada tahun 2003 kapasitas produksi pertenunan Indonesia menurun cukup signifikan, yaitu menjadi 1,724 juta ton dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,01 juta ton. Pertumbuhan kapasitas produksi pada tahun 2004 meskipun meningkat tetapi relatif kecil, yaitu mencapai 1,778 juta ton, kemudian pada tahun berikutnya menurun menjadi 1,777 juta ton.
Tabel. Kapasitas Produksi Industri Pertenunan di Indonesia Tahun 2002-2006.
Tahun | Pertenunan (ribu ton) | Pertumbuhan (%) |
2002 | 2.011 | - |
2003 | 1.724 | -14,3 |
2004 | 1.778 | 3,1 |
2005 | 1.777 | -0,1 |
2006 | 1.777 | 0 |
Sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Depperin, Data Consult (2007).
· Pada tahun 2002 utilisasi kapasitas produksi industri pertenunan / Weaving mencapai 63,4%, kemudian pada tahun 2003 utilisasi meningkat menjadi 73,9%, peningkatan tersebut bukan karena meningkatnya produksi melainkan karena pada tahun yang sama kapasitas produksi menurun cukup besar. Pada tahun 2004 utilisasi relatif sama dengan tahun sebelumnya, hingga akhirnya menurun drastis pada tahun 2005 dan 2006, yang tidak lain karena produk tekstil Indonesia termasuk kain tenun menghadapi persaingan setelah dicabutnya kuota pasar tekstil oleh negara – negara utama pengguna tekstil (Amerika, canada, Eropa).
Tabel. Utilisasi Kapasitas Produksi Industri Pertenunan 2002-2006.
Tahun | Utilisasi (%) | Pertumbuhan (%) |
2002 | 63,4 | - |
2003 | 73,9 | 16,6 |
2004 | 73,8 | -0,1 |
2005 | 54,2 | -26,6 |
2006 | 53,2 | -1,8 |
Sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Depperin, Data Consult (2007).
· Pada tahun 2002 produksi pertenunan mencapai 1,275 juta ton dan pada tahun 2003 relatif sama yaitu 1,274 juta ton. Pada tahun 2004 produksi sedikit meningkat menjadi 1,312 juta ton, tetapi dengan dicabutnya kuota oleh negara-negara utama pengguna tekstil dunia pada tahun 2005, produksi kain tenun Indonesia menurun cukup besar hingga menjadi 963 ribu ton pada tahun 2005 dan 946 ribu ton pada tahun 2006.
Tabel. Produksi Kain Tenun di Indonesia Tahun 2002-2006.
Tahun | Produksi (ribu ton) | Pertumbuhan (%) |
2002 | 1.275 | - |
2003 | 1.274 | - |
2004 | 1.312 | 3,0 |
2005 | 963 | -26,6 |
2006 | 946 | -1,8 |
Sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Depperin, Data Consult (2007).
· Pada tahun 2002 market size industri pertenunan masih menunjukan volume sebesar 1.023,3 ribu ton, kemudian menurun menjadi 981,7 ribu ton pada tahun 2003. Sempat meningkat menjadi 1.071,8 ribu ton pada tahun 2004 hingga kemudian menurun terus baik pada tahun 2005 maupun 2006, yang mencapai 717 ribu ton dan akhirnya menjadi 703,5 ton. Penurunan pertumbuhan market size industri pertenunan yang drastis pada tahun 2005, yang mencapai 33,1%.
Tabel. Estimasi Market Size Industri Pertenunan di Indonesia 2002-2006.
Tahun | Produksi (ribu ton) | Impor (ribu ton) | Ekspor (ribu ton) | Market Size (ribu ton) | Pertumbuhan (%) |
2002 | 1.275 | 116,2 | 367,9 | 1.023,3 | - |
2003 | 1.274 | 87,9 | 381,2 | 981,7 | -4,1 |
2004 | 1.312 | 98,8 | 339,0 | 1.071,8 | 9,2 |
2005 | 963 | 99,0 | 345,0 | 717,0 | -33,1 |
2006 | 946 | 88,5 | 331,0 | 703,5 | -1,9 |
Sumber: Depperin, BPS (2007).
Kondisi persaingan
· Berdasarkan data Departemen Perindustrian, terdapat 488 industri weaving yang beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia. Dari 488 industri weaving tersebut, 60 perusahaan diantaranya mempunyai kapasitas produksi diatas 20 juta meter kain tenun per tahun, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini.
Tabel. Produsen Utama Industri Pertenunan di Indonesia Menurut Kapasitas Produksi.
Nama Perusahaan | Kapasitas Produksi (meter / tahun) |
PT. Agung Sejahtera Sidoarjo | 24.000.000 |
PT. Alena Textile Industri | 20.000.000 |
PT. Argo Pantes | 87.502.000 |
PT. Asatex | 36.000.000 |
PT. Bandung Synthetic Sorong Milis | 24.000.000 |
PT. Batam Textile Industry | 30.000.000 |
PT. Batik Sekar Lima | 20.000.000 |
PT. Bhinneka Karya Manunggal | 36.000.000 |
PT. Bintang Agung | 72.738.000 |
PT. Bogasari Flour Mills | 31.600.000 |
PT. Bumi Angkasa Textile Industry | 68.750.000 |
PT. Cahaya Samudera Makmur | 25.000.000 |
PT. Centex | 24.000.000 |
PT. Central Georgette Nusantara | 72.000.000 |
PT. Chitatex Peni | 21.380.500 |
PT. Citra Label Jaya Perkasa | 25.000.000 |
PT. Citrasari Inti Buana | 21.719.160 |
PT. Classic Prima Carpet Industries | 22.000.000 |
PT. Daya Manunggal | 23.400.000 |
PT. Daya Mekar Textindo | 27.400.000 |
PT. Eratex Djaja | 33.940.000 |
PT. Farmatex | 31.812.000 |
PT. Fuji Palapa Textile Industry | 32.812.000 |
PT. Giri Lee Textile | 32.000.000 |
PT. Gistex | 21.500.000 |
PT. Grand Textile Industry | 31.523.640 |
PT. Guna Kadota Manunggal | 27.600.000 |
PT. Gunatex Jaya | 25.826.820 |
PT. Hegar Mulya Lestari | 26.400.000 |
PT. Indo Singa Lestari | 21.160.000 |
PT. Indocitra Serba Lestari | 24.000.000 |
PT. Indonesia Taroko Textile | 54.800.000 |
PT. Indonesia Textile | 309.600.000 |
PT. Industri Sandang II unit Pabritex Tegal | 22.700.000 |
PT. Inti Texturindo Megah | 24.500.000 |
PT. Istem | 21.600.000 |
PT. Jasa Sandang Raya | 60.000.000 |
PT. Kamola | 53.280.000 |
PT. Kanasritex | 20.000.000 |
PT. Kanebo Tomen Synthetic | 48.000.000 |
PT. Karwell | 25.000.000 |
PT. Kresnatara Sekawan | 62.000.000 |
PT. Lucky Abadi Textile | 20.834.100 |
PT. Megah Megalon Industries | 45.000.000 |
PT. Safarijunie Textindo Industries | 46.480.092 |
PT. Samcro Hyosung Adi Lestari | 40.000.000 |
PT. Sampangan Duta Panca Sakti | 21.600.000 |
PT. Sandang Mutiara Mulia | 27.420.000 |
PT. Sandratex | 70.804.166 |
PT. Sari Warna Asli Textile Industry | 72.133.429 |
PT. SCTI | 23.090.496 |
PT. Sekawan | 29.275.200 |
CV. Sinar Sari | 52.750.000 |
PT. Sri Kapas Agung Asri | 182.500.000 |
PT. Sri Rezeki Isman | 69.569.500 |
PT. Sunson Textile Manufacturer | 32.300.000 |
PT. Suryadani | 30.000.000 |
PT. Suryakarya Pratama | 23.300.000 |
PT. Tarumatex | 24.000.000 |
PT. Texmaco Jaya | 20.930.000 |
PT. Texmaco | 309.000.000 |
PT. Tritama Textindoraya | 24.000.000 |
PT. Trulindo Mulia Perkasa | 48.000.000 |
PT. Unggul Bukit Kencana | 21.600.000 |
Lain-lain | 2.687.491.103 |
Total | 3.360.721.120 |
Sumber: Depperin (2007).
Strategi usaha
Strategi usaha yang dapat dilakukan oleh pemain dalam industri tekstil secara umum adalah:
- Melakukan diversifikasi BBM dengan menggunakan BBM yang lebih murah dalam hal ini adalah menggunakan batubara serta gas, sehingga lebih efisien.
- Melakukan peremajaan terhadap mesin-mesin yang sudah mulai tua.
- Melakukan perluasan pasar dengan mengandalkan tenaga sales dan jaringan yang dimilikinya.
- Meningkatkan efisiensi biaya produksi untuk mencapai harga jual yang lebih bersaing.
- Aktif melakukan kunjungan langsung ke buyer-buyer baru untuk menjalin komunikasi yang lebih baik dan memperluas jaringan pemasarannya.
- Menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan calon pelanggan baru sehingga kontinuitas pemesanan dan negosiasi harga menjadi lebih mudah.
Saluran pemasaran
- Saluran pemasaran langsung, yaitu penjualan kepada pengguna akhir.
- Saluran pemasaran tak langsung, yaitu penjualan melalui distributor atau agen.
Pembeli utama
Pasar utama : 65% domestik dan 35% ekspor (Kajian Industri TPT, Divisi Perencanaan Strategis, 2007).
Prospek pasar
· Menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Benny Sutrisno, pertumbuhan pasar TPT seharusnya berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk (ICN Agustus 2007). Industri TPT yang mempunyai struktur dan fondasi yang kuat, yang melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan, akan mempunyai daya saing.
· Ke depan prospek industri TPT masih cukup menjanjikan (Kajian Industri TPT, Divisi Perencanaan Strategis, 2007). Dari sisi demand, konsumsi TPT dunia diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai 68 juta ton (10 kg/kapita) pada 2010, sementara konsumsi pasar domestik 1,08 juta ton (4,5 kg/kapita). Dengan sejumlah agenda restrukturisasi (peningkatan kapasitas produksi, retsrukturisasi dan penambahan mesin, peningkatan volume dan nilai ekspor), dan berbagai upaya perbaikan lainnya, daya saing produk TPT Indonesia semakin membaik.
Konsumsi TPT pada pasar domestik pada 2008 diperkirakan tumbuh 5 -6 persen; menjadi 1.300.000 ton. Konsumsi pakaian diperkirakan yang mencapai 20% merupakan penggerak konsumsi TPT di pasar domestik (www.indotextiles.com tgl.17-03-2008). Jika produsen lokal dapat mengambil 50 persen dari pasar domestik (sekitar 650.000 ton), industri TPT pada 2008 akan mampu untuk menyerap paling tidak 200.000 pekerja. Kondisi ini akan membawa dampak positif pada sektor ke hulu penenunan termasuk, pekerjaan merajut, dan pemintalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar