zwani.com myspace graphic comments

Senin, 01 Agustus 2011

Bisnis SPPBE


ASPEK OPERASIONAL
  • Dalam website sppbe.pertamina.com, Pertamina membuka kesempatan bagi masyarakat yang berminat melakukan investasi di bisnis LPG sebagai calon investor LPG Filling Station atau disebut juga Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE).
  • SPPBE merupakan filling plant milik swasta yang melakukan pengangkutan LPG dalam bentuk curah dari filling plant Pertamina dan melakukan pengisian tabung-tabung LPG untuk para agen Pertamina yang menjual LPG. SPPBE pola baru yang ditawarkan oleh Pertamina ada dua macam yaitu filling station MAXI dengan thruput kurang lebih 50 MTon/hari, dan filling station MINI dengan thruput kurang lebih 30 MTon/hari.
  • SPPBE ditangani oleh Unit Gas Domestik yang merupakan salah satu unit bisnis di PERTAMINA yang memasarkan LPG dan produk-produk gas lainnya di Indonesia. Unit Gas Domestik sudah berpengalaman memasarkan LPG dengan brand ELPIJI sejak tahun 1968, dan BBG (Bahan Bakar Gas) sejak tahun 1987. Unit Gas Domestik membagi wilayah pemasarannya menjadi 5 area pemasaran yang dipimpin oleh Manajer Region, yaitu:
o Region I, dengan wilayah :
- Unit Pemasaran I Medan, melingkupi area Provinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan dan Riau Kepulauan
- Unit Pemasaran II Palembang, melingkupi area Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung
o Region II Gas Domestik, melingkupi area DKI Jakarta, Provinsi Banten dan Jawa Barat
o Region III Gas Domestik, melingkupi area Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
o Region IV Gas Domestik, melingkupi area Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
o Region V, melingkupi area Kalimantan, Sulawesi dan Papua
  • Pembangunan SPPBE diperkirakan membutuhkan waktu 3 – 6 bulan, tergantung pada ukuran SPPBE tersebut. PT. Pertamina (Persero) akan memberikan panduan dan bimbingan dalam masa pembangunan tersebut.
  • Sifat kerjasama investasi SPPBE sebagai berikut:
- Pertamina memberikan Filling Fee dan Transport Fee
- Volume SPPBE tergantung perkembangan pasar, Pertamina tidak memberikan garansi.
- Lokasi pembangunan SPPBE tergantung di daerah mana yang di konversi.
- Kebutuhan tiap lokasi sudah di petakan, dalam hal lokasi tersebut sudah terpenuhi maka tidak diperlukan lagi
- Kebutuhan SPPBE sangat tergantung sebaran minyak tanah yang akan dikonversi, apabila ada aplikasi yang sudah disetujui maka daerah tersebut sudah di close.
  • Menurut Mullar Hutagaol, Manager Operasi Gas Domestik PT Pertamina (Persero), untuk membangun stasiun pengisian gas elpiji khusus tabung tiga kg diperlukan investasi paling tidak Rp 2 miliar untuk mesin automatis 'carousell' (www.kapanlagi.com tgl.09-07-2007). Menurut Ketua Perhimpunan Pengusaha Elpiji Indonesia (PPEI) Abas Sudarmoko, investasi di SPPBE sekitar Rp 11 milyar untuk kapasitas 50 ton (majalah.tempointeraktif.com tgl.03-01-2005).

ASPEK PEMASARAN
  • Potensi bisnis LPG masih sangat besar. Saat ini konsumsi LPG sebesar 1,2 juta Mton dari potensi sebesar 3,2 juta Mton (baru 37,5%). LPG dikonsumsi oleh 75% rumah tangga dan 25% industri dan komersial (pertamina.com). Elpiji Pertamina dipasarkan dalam berbagai kemasan:
- tabung 3 kg, rumah tangga ex pengguna minyak tanah (disubsidi).
- tabung 6 kg dan 12 kg, rumah tangga
- tabung 50 kg, komersial (restoran, home industri, hotel)
- skid tank (curah), industri
  • Program konversi minyak tanah ke LPG direncanakan secara bertahap dari tahun 2007 – 2010 dengan total jumlah KK terkonversi adalah 42.020.000 KK. Road mapnya dilihat pada tabel berikut:
Tahun
KK terkonversi (tahun berjalan)
Wilayah
2007
3.500.000
Jawa – Bali & Palembang
2008
12.500.000
Medan, Pekanbaru, Sumsel, Jawa – Bali, Balikpapan, Makasar
2009
13.251.516
Seluruh Jawa – Bali
2010
12.768.484
Luar Jawa
  • Konsumsi LPG 2003 – 2007 untuk rumah tangga terus meningkat rata-rata sebesar 9,77% per tahun, sementara untuk industri hanya tumbuh 4,56% per tahun.
  • Sasaran program konversi minyak tanah ke LPG adalah ZERO-KERO 2012, artinya pada 2012 tidak ada lagi minyak tanah bersubsidi yang digunakan untuk memasak (Departemen Energi & Sumber Daya Mineral, 2007). Dengan program ini diperlukan distribusi 4,9 juta ton LPG untuk sekitar 52 juta KK pada akhir 2012 dengan perincian sebagai berikut:
    • pengguna gas kota : 0,1 juta KK
    • pengguna gas LPG kemasan 12 kg : 9,6 juta KK
    • pengguna gas LPG kemasan 3 kg : 42,0 juta KK
    T O T A L 51,7 juta KK (70,89% dari jumlah KK Indonesia)
  • Kenaikan harga elpiji 12 kg dikuatirkan memicu pergeseran penggunaan elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg. Pertamina melakukan kenaikan harga elpiji 12 kg secara bertahap setiap bulan dengan besaran kenaikan Rp 100 per kg setiap bulannya atau Rp 1.200 per tabung per bulan (Kompas tgl.14-10-2009). Kenaikan ini karena harga keekonomian elpiji 12 kg sebesar Rp 7.524 per kg atau Rp 90.295 per tabung sedangkan Pertamina masih menjual Rp 5.750 per kg atau Rp 69.000 per tabung. Untuk produk elpiji 3 kg, harganya masih disubsidi oleh pemerintah. Harga elpiji 3 kg sesuai ketentuan pemerintah Rp 4.250/kg atau Rp 12.750 per tabung.
  • Kebutuhan LPG untuk Jawa Tengah pada 2008 diperkirakan baru 79.737 ton, dan melonjak menjadi 375.557 ton pada 2009 akibat program konversi minyak tanah ke LPG (Departemen Energi & Sumber Daya Mineral, 2007). Pembagian paket kompor gas lengkap dengan tabung dan aksesoris yang direalisasikan PT. Pertamina Pemasar BBM Region III Jateng-DIY baru mencapai 35 persen dari target 5,7 juta target. Sedangkan penyaluran gas elpiji untuk 3 kg dan 12 kg mencapai 1.300 metrik ton per hari (radarsemarang.com tgl.12-06-2009). General Manager Gas Domestik Region Jateng-DIY Arie Anggoro mengungkapkan program konversi gas harus sudah diselesaikan pada akhir tahun 2009. Sementara itu, peredaran refil gas elpiji tabung 3 kg di wilayah Jateng-DIY selama Januari – Mei 2009 mencapai 19.134.622 tabung

  • PT Pertamina pada tahun 2008 menargetkan mampu mendistribusikan tabung elpiji (LPG) 3 kg di Jawa Tengah/DIY sebanyak 1 juta tabung untuk memperlancar program konversi minyak tanah ke elpiji (www.bphmigas.go.id tgl.14-03-2008).
  • Konversi dan distribusi paket konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg di seluruh Jawa Tengah telah mencapai 100% pada akhir Januari 2010 (edisicetak.solopos.com tgl.08-02-2010). Total pendistribusian di seluruh Jateng mencapai 9,5 juta paket dengan total kebutuhan mencapai 1.400 metrik ton per hari. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jateng ini, Pertamina memasok elpiji dari empat titik, yaitu kilang Cilacap, kilang Balongan, terminal elpiji Eretan dan terminal elpiji Gresik.
  • Di wilayah Jateng dan DIY baru terdapat 9 SPPBE dan 6 SPBE yang tersebar di kabupaten Banyumas, Karanganyar, Kendal, Kudus, Pemalang, kota Semarang, kabupaten Semarang, Surakarta, kabupaten Tegal, kota Tegal dan Yogyakarta (kompas.com tgl.03-04-2009). Pertamina menargetkan akan membangun 72 SPPBE sampai dengan tahun 2010, 25 SPPBE diantaranya ditargetkan selesai tahun 2009. Setiap SPPBE berkapasitas 100-250 metrik ton per hari sedangkan SPBE berkapasitas 50 metrik ton per hari untuk memasok kebutuhan Jateng-DIY sebesar 11.800 metrik ton per bulan.
  • Di wilayah Jateng-DIY sudah terdapat 9-10 unit SPPBE, dan sudah ada 80 SPPBE lagi yang sudah mendapat ijin (radarsemarang.com tgl.12-06-2009).
  • Menurut Assistant Manager External Relation Pertamina Jateng dan DIY, Heppy Wulansari, distribusi elpiji di Jateng didukung oleh 35 SPPBE yang tersebar di hamper semua kota dan kabupaten, serta 308 agen elpiji (edisicetak.solopos.com tgl.08-02-2010).
  • Strategi usaha yang dilakukan oleh perusahaan SPPBE lebih diarahkan kepada usaha untuk meningkatkan penjualan melalui peningkatan mutu dan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Kegiatan usaha secara keseluruhan sudah diatur oleh PT. Pertamina sebagai penyedua LPG.
  • Jalur distribusi LPG dari kilang sampai ke konsumen sebagai berikut: LPG yang dihasilkan oleh kilang-kilang produksi dikirim dan ditimbun di LPG-filling plant milik Pertamina. Disini LPG ada yang langsung diisi kedalam tabung sehingga dapat langsung dipasarkan melalui dealer/pengecer, disamping ada juga yang dikirim langsung ke Depot Supply Point dan SPPBE.

  • Pemanfaatan LPG pada 2007 sebagai berikut:
    • Rumah Tangga : 773.018 MT
    • Industri : 187.733 MT
    • Komersial : 143.555 MT
    Sumber: Departemen Energi & Sumber Daya Mineral (2007)

Industri Elektronik Peralatan Rumah Tangga

ASPEK OPERASIONAL
  • Pengembangan industri peralatan rumah tangga lebih prospektif dikembangkan bagi pelaku domestik mengingat level teknologinya rendah, namun industri ini mengalami kendala dalam komponen dan suku cadang (Divisi REN, Mei 2008). Industri ini memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor (80%) khususnya terhadap industri komponen. Selain itu ada beberapa masalah lain seperti belum harmonisnya tarif bea masuk antara produk jadi dengan komponen sehingga daya saing lemah terhadap produk impor dari Cina, banyaknya produk selundupan, maraknya pemalsuan merek produk, dll.
  • Industri peralatan listrik rumah tangga termasuk dalam produk industri elektronika (Divisi REN, Mei 2008). Industri elektronika relatif memiliki produk yang sangat lengkap, namun kebanyakan merupakan produk rakitan didalam negeri akibat belum terbangunnya kaitan industri hilir dengan hulu (bahan baku dan komponen).




ASPEK PEMASARAN
  • Industri peralatan rumah tangga memiliki potensi sangat besar dan industri ini paling mungkin dikembangkan di dalam negeri karena level teknologinya relatif rendah hingga agak menengah (Divisi REN, Mei 2008). Produksi elektronika rumah tangga terus meningkat selama tahun 2002-2006 dengan trend pertumbuhan tinggi (di atas 6%) dialami oleh hampir semua produk, kecuali AC dan rice cooker. Ke depan produk-produk tersebut secara umum masih prospektif. Untuk AC lebih prospektif di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
  • Marketing PT Sharp Indonesia Christina Yulina menyatakan penjualan mixer sepanjang 2009 cukup bagus, tumbuh antara 15-20% dibandingkan 2008 (www.surya.co.id tgl.08-07-2010.
  • Marketing Corporate Operational Department Hartono Elektronik David Hutani mengatakan penjualan produk peralatan rumah tangga non audio-video seperti mixer, blender dan kipas angin, pertumbuhan penjualannya mencapai 25% per tahun (www.surya.co.id tgl.08-07-2010). Tren produk peralatan rumah tangga non audio-video dari segi model tidak cepat berubah. Direktur Pemasaran PT LG Electronics Indonesia memproyeksikan permintaan pasar barang elektronik, terutama produk alat rumah tangga akan meningkat 10-15% pada 2010 (www.dhi.koran-jakarta.com tgl.29-01-2010).
  • Persaingan merebut pangsa pasar diproyeksikan akan semakin ketat.
  • Persaingan dalam industri peralatan rumah tangga dinilai ketat. Hal ini karena peralatan rumah tangga memiliki jenis yang sangat banyak dengan berbagai merek pabrikan.
  • Strategi usaha yang dapat dilakukan oleh pemain dalam industri peralatan rumah tangga adalah:
- Melakukan inovasi dan pengembangan produk.
- Menyediakan berbagai jenis varian produk.
- Melakukan promosi dan pemasangan iklan.
-
Mengembangkan jaringan pemasaran yang luas termasuk secara online.
-
Menyediakan produk berkualitas dengan harga bersaing.
-
Memberikan layanan purna jual seperti pusat perbaikan dan call center.
-
Menggelar program undian, tukar tambah, cash back sampai pemberian voucher.
- Bekerjasama dengan berbagai lembaga pembiayaan