zwani.com myspace graphic comments

Minggu, 02 Maret 2008

Industri Jasa Pengiriman (Kurir)

Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun terakhir berkembang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan dengan munculnya sejumlah sejumlah perusahaan baru. Dibandingkan dengan sektor jasa lain, perusahaan jasa pengiriman termasuk salah satu sektor yang cukup prospektif di masa depan. Di tengah krisis yang melanda Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, justru perusahaan jasa pengiriman banyak yang berkibar. Ketika banyak sektor usaha lain melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat krisis berkepanjangan, perusahaan jasa pengiriman masih mampu eksis hingga sekarang.

Menurut data dari Asperindo yang dikutip Harian Bisnis Indonesia tanggal 11 Juli 2006:

Tabel. Pendapatan Jasa Pengiriman di Indonesia Tahun 2005

Jenis Layanan

Nilai (USD juta)

Dokumen

91

Non Dokumen

99

Menurut Stefanus Didi Hartanto, Manajer Pengembangan Bisnis PT Cipta Krida Bahari Logistics, bila mengacu pada data total paid in country market untuk transportasi dan logistik tahun 2003 sebesar Rp 30,4 triliun, dengan asumsi pertumbuhan tiap tahun 15%, Stefanus memperkirakan tahun 2007 nilainya menjadi Rp 53,2 triliun. Kemudian, tahun 2011 akan menjadi Rp 93,1 triliun (SWA, 9 Agustus 2007).

Menurut M. Johari Zein, Ketua Umum Asperindo, market size jasa ekspres atau kurir (distribusi level door-to-door) mencapai Rp 6 triliun pada tahun 2006, Menurut data Asperindo, rata-rata pertumbuhan industri kiriman setiap tahun berkisar 15% (SWA, 9 Agustus 2007).

Menurut Ananta Dewandhono, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) berdasarkan pengalaman di negara-negara maju, belanja logistik (pengiriman barang) mereka bisa mencapai 10% dari produk domestic bruto (PDB). Jika PDB Indonesia saat ini Rp 3.761 triliun, maka omzet bisnis logistik di dalam negeri bisa mencapai Rp 376 triliun (Investor Daily, 13 November 2007).

Kegiatan pengiriman barang di Indonesia belum efisien. Beberapa faktor yang menyebabkan inefisiensi itu antara lain, wilayah Indonesia berupa kepulauan, infrastruktur jelek, dan regulasi yang masih menimbulkan biaya tinggi. ketersediaan infrastruktur mesti menjadi modal utama pengembangan bisnis jasa pengiriman di masa depan. Dalam bisnis ini, ketepatan waktu pengiriman menjadi kunci utama sehingga segala bentuk kemacetan dan hambatan mesti bisa dilalui (Investor Daily, 13 November 2007).

Persaingan bisnis di bidang jasa kurir atau antaran barang/dokumen di Indonesia cukup ketat, cukup banyak pesaing baik pemain lokal maupun asing, antara lain :

- DHL - PT Pandu Siwi Sentosa

- TNT - Elteha

- Federal Express (FedEx) - PT Monang Sianipar Abadi (MSA)

- United Parcel Service (UPS) - PT Posindo

- PT Tiki JNE - PT CV Tiki dll.

Selain dengan perusahaan yang murni bergerak di bidang jasa kurir, perusahaan jasa pengiriman juga harus bersaing dengan perusahaan lain yang membuka usaha serupa misalnya PT Kereta Api Indonesia (KAI), Perum Damri, maupun perusahaan angkutan transportasi darat antarkota antarprovinsi (bus, travel), yang biasanya selain mengangkut penumpang, juga mengantar barang. Perusahan jasa pengiriman yang tercatat sebagai anggota Asperindo sebanyak 130 unit. Sedangkan Harian Bisnis Indonesia tanggal 6 November 2007 mencatat perusahaan jasa pengiriman di Indonesia mencapai 900 unit, bahkan SWA tanggal 9 Agustus 2007 sebanyak 1.500 unit.

Bisnis jasa pengiriman yang terus tumbuh namun karena melibatkan banyak pemain, persaingan pun tak terhindarkan. Untuk memenangkan persaingan, maka fokusnya adalah berlomba bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen/pelanggan. Salah satu aspek yang paling diperhatikan dalam memilih jasa pengiriman adalah harga yang bersaing. Berkaitan dengan harga, PT Posindo memang paling murah dibandingkan semuanya. TIKU dan Tiki termasuk menengah. Sementara yang termasuk mahal adalah FedEx, DHL dan TNT (www.vibiznews.com, 19 Oktober 2007). Hal lain yang menjadi perhatian konsumen adalah kualitas, kecepatan, sampai di tempat tujuan dengan tuntas (dokumen semua beres), dan keamanan. Kemudian didukung oleh sistem teknologi yang baik, mudah klaim jika terjadi kesalahan, dan dokumentasi baik.

Tabel. Perbandingan Titik Layanan Perusahaan Jasa Pengiriman

Sarana

CV Tiki

JNE

LTH

MSA

Pandu

PosExpress

Titik layanan di Indonesia

800

674

250

12

110

22

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa titik layanan PT CV Tiki di Indonesia menempati urutan pertama cakupan geografis. PT Posindo merupakan pemain baru dalam bisnis paket pengiriman cepat dengan produk PosExpress (sejak tahun 2005) baru memiliki 22 titik layanan sampai Juni 2006. Namun tidak tertutup kemungkinan PosExpress akan mengandalkan jaringan PT Posindo yang mencapai 25.000 titik layanan.

Perusahaan kiriman asing seperti UPS, DHL, FedEx, dan TNT memiliki titik layanan yang lebih luas di seluruh dunia. Selain itu, beberapa di antaranya bahkan memiliki angkutan udara sendiri. Namun perusahaan kiriman asing belum terlalu banyak mempunyai titik layanan di Indonesia. Misalnya, TNT beroperasi di Indonesia di bawah bendera PT Skypak International dan baru mempunyai 17 kantor cabang dan 14 agen. Walaupun pemain asing di bisnis pengiriman di Indonesia makin semarak tetapi pada dasarnya masing-masing perusahaan mempunyai segmen pasar yang sudah jelas. Sebagai contoh: UPS pasarnya lebih banyak ke Amerika, DHL lebih ke Eropa, FedEx lebih banyak tertuju ke Amerika dan Eropa.

Semua perusahaan jasa pengiriman cepat menawarkan layanan yang hampir sama, yaitu kiriman sampai pada hari yang sama (dalam waktu 24 jam) atau kiriman sampai pada keesokan hari (dalam waktu 48 jam). Perbedaanya hanya terletak pada penentuan jam kiriman tiba untuk layanan sampai pada keesokan hari (misalnya tiba sebelum jam 10 pagi, sebelum jam 5 sore dll). Dengan demikian diferensiasi produk tidak terlalu signifikan.

Pengguna utama jasa ekspedisi (pengiriman) adalah industri manufaktur (60%), lalu grosir (25%) dan ritel (10%). Sektor manufaktur yang didominasi korporat memang membutuhkan jasa pengiriman barang dan produk yang tepat waktu (www.wartaekonomi.com, 18 Desember 2007).

Tidak ada komentar: