zwani.com myspace graphic comments

Minggu, 02 Maret 2008

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK DUNIA

Subsidi Listrik Membengkak

Harga minyak dunia yang terbang hingga lebih dari USD 90 per barrel telah menggelembungkan biaya produksi listrik. Di saat ongkos berlipat, pendapatan penjualan listrik tak berubah karena PLN tak bisa mengutak-atik tarif dasar listrik tanpa ijin pemerintah. Otomatis, subsidi yang merupakan selisih antara buaya produksi dengan harga jual, semakin besar.

Pemicu utama kenaikan subsidi adalah kenaikan ongkos pembelian bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik. Dalam proyeksi awal PLN, belanja BBM tahun 2007 hanyalah Rp 45 triliun. Namun setelah harga minyak tidak kunjung turun, PLN merevisi anggaran belanja BBM paling sedikit Rp 50 triliun. Dalam perhitungan proyeksi awal, PLN mengasumsikan harga minyak USD 60 per barrel. Padahal harga minyak sempat mencapai USD 90 per barel.

Penyebab lain kenaikan belanja BBM adalah tingginya konsumsi BBM. Semula, PLN memperkirakan pembangkitnya hanya akan mengkonsumsi BBM sebanyak 8,6 juta kiloliter selama tahun 2007. Ternyata, dalam kalkulasi terakhir kebutuhan BBM PLN melonjak menjadi 9,9 juta kiloliter.

Anggaran Subsidi dari Tahun ke Tahun

Tahun

Jumlah

(Rp Triliun)

2001

4.6

2002

4.1

2003

3.7

2004

10.7

2005

15.0

2006

31.2

2007

32.4

2008E

27.8

Sumber: Riset Kontan (2007).

Subsidi BBM Melonjak

Kenaikan harga minyak dunia langsung mendorong jumlah subsidi BBM di APBNP 2007 senilai Rp 91 triliun. Padahal, APBNP 2007 hanya mematok subsidi untuk BBM sekitar Rp 50.034 triliun. Antara lain untuk bensin sebanyak Rp 10.365 triliun, minyak tanah Rp 29.581 triliun dan solar Rp 10.088 triliun.

Pemerintah juga harus menambah subsidi listrik ke PLN dari semula Rp 32.24 triliun menjadi Rp 50 triliun. Artinya, untuk mempertahankan agar harga BBM dan listrik tidak naik, pemerintah harus menghabiskan dana sekitar Rp 49.8 triliun. Kenaikan subsidi ini hanya berdasarkan patokan jumlah konsumsi BBM pas banderol sesuai dengan jatah APBNP 2007 sekitar 36.1 juta kiloliter.

Anggaran subsidi BBM dan Listrik

Tahun

APBNP 2006

APBNP 2007

APBN 2008

Subsidi BBM

Rp 64.21

Rp 55.040

Rp 45.807

Subsidi Listrik

Rp 10.34

Rp 32.444

Rp 29.783

Sumber: Riset Kontan (2007).

Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Bank Indonesia (BI) pesimistis pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa mencapai 6.5%. Kesimpulan ini muncul setelah BI melihat gejala kenaikan harga minyak di pasar internasional.

Perkiraan BI, jika rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price – ICP) sekitar USD 70 per barrel maka ekonomi tahun 2008 hanya tumbuh paling tinggi 6.24%. BI juga mempunyai simulasi, makin tinggi kenaikan harga minyak pertumbuhan ekonomi juga makin lamban. Mahalnya harga minyak akan menyebabkan konsumsi swasta melorot. Otomatis daya beli masyarakat bakal anjlok karena harga minyak juga akan mempengaruhi harga barang lain termasuk barang impor. Pada akhirnya, inflasi akan lebih tinggi.

Asumsi Makro Ekoonomi 2008


Versi Pemerintah

Versi BI

Pertumbuhan Ekonomi

6.8%

6.2% - 6.8%

Inflasi

6.0%

5% plus minus 1%

Suku bunga SBI

7.5%

-

Kurs rupiah

Rp 9.100 per USD

-

Sumber: Riset Kontan (2007).

Dalam hitungan BI, ICP kemungkinan akan bergerak di kisaran USD 75 per barrel. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia 2008 paling tinggi sebesar 6.8%. BI juga memperkirakan inflasi tahun depan bisa terdorong hingga 6.4%. Padahal target BI cuma 5% plus minus 1% sedangkan target APBN 2008 sebesar 6%.

Simulasi Dampak Kenaikan Harga Minyak

Harga Minyak (USD/Barrel)

Pertumbuhan Ekonomi 2008 (%)

Inflasi (%)

60

6.54

6.10

68

6.30

6.26

70

6.24

6.30

75

6.09

6.40

80

5.94

6.50

85

5.79

6.60

90

5.64

6.70

95

5.49

6.80

Sumber: Bank Indonesia (November 2007)

Tidak ada komentar: