aACadangan Batu Bara
· Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan cadangan batu bara terbukti Indonesia mencapai 5,3 miliar ton. Jika produksi batu bara nasional mencapai 200 juta ton per tahun, maka cadangan batu bara yang ada akan habis dalam 26,5 tahun. Dari cadangan itu, sebanyak 4,395 miliar ton atau 83% berlokasi di Kalimantan sedangkan sisanya berada di wilayah Sumatra (www.mediaindonesia.com tanggal 17 Desember 2007).
· Cadangan batu bara terkira berada di Sumatra 12,998 miliar ton dan Kalimantan 413 juta ton. Jika dihitung berdasarkan cadangan terkira Indonesia yang mencapai 13,411 miliar ton, maka batu bara akan habis dalam 67 tahun (www.mediaindonesia.com tanggal 17 Desember 2007).
· Potensi sumber daya batu bara di Jawa sebesar 14 juta ton, Sumatra 53,824 miliar ton, Kalimantan 36,225 miliar ton, Sulawesi 233 juta ton, Maluku 213 juta ton, dan Papua 153 juta ton. Jika dihitung berdasarkan potensi sumber daya batu bara Indonesia yang mencapai 90,452 miliar ton, maka batu bara akan habis 452 tahun (www.mediaindonesia.com tanggal 17 Desember 2007).
· Menurut Menteri ESDM, total 60.5 miliar ton deposit batubara telah ditemukan di Indonesia, 7 miliar ton diantaranya digolongkan cadangan terbukti. Pertambangan batubara sebagian besar terletak di Kalimantan dan Sumatra dengan cadangan terkira masing-masing 32.9 miliar ton dan 27.3 miliar ton.
Profil sumber energi Indonesia
Jenis bahan bakar fosil | Sumber | Cadangan (Terbukti + Terkira) | Produksi (tahunan) | Cadangan/Produksi Rasio (tanpa eksplorasi) Tahun |
Minyak mentah | 86.9 miliar barrel | 9 miliar barrel | 500 juta barrel | 18 |
Gas | 384.7 TSCF | 182 TSCF | 3.0 TSCF | 61 |
Batubara | 57 miliar ton | 19.3 miliar ton | 130 juta ton | 147 |
Sumber: Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005.
Jenis Batu Bara
· Batubara Indonesia pada umumnya berkisar nilai panas rendah sampai medium.
- Low 25.0%
- Medium 59.0%
- High 14.9%
- Very High 1.1%
Sumber:
· Berdasarkan kualitasnya, batu bara dapat dikategorikan berkualitas sangat tinggi jika kadar zat terbang (volatile matter-nya) tinggi, sehingga mampu menghasilkan nilai bakar mencapai 7.000 kilokalori (kkal) per kilogram atau lebih. Sementara itu, batu bara kualitas rendah atau batu bara muda (brown coal lignite) ditandai dengan kadar air yang tinggi sehingga hanya memiliki nilai bakar sekitar 5.000 kkal per kilogram atau kurang. Sekitar 60% batu bara di Tanah Air berkualitas sedang, dengan nilai bakar 5.000–6000 kkal per kilogram. Adapun sisanya berkualitas rendah 24%, berkualitas tinggi 13%, dan sangat tinggi 1% (www.wartaekonomi.com tanggal 02 Agustus 2007).
· Produsen batubara Indonesia biasanya menjual batubara sebagian besar sebagai batubara campuran untuk memenuhi kualitas dan standar tertentu oleh konsumen. Contoh, Adaro mengapalkan batubara ke Amerika Serikat dalam bentuk campuran untuk memenuhi standar polusi udara. Contoh lain, BUMI mencampur batubara bituminous dan sub-bituminous untuk memenuhi kualitas tertentu karena dijual dengan merek seperti Prima Coal, Pinang Coal, Senakin Coal dll.
· Batubara bituminous terutama digunakan konsumen dalam pembangkit listrik dan industri baja di negara berkembang karena sifat pembakaran lebih bersih dan kadar energi lebih tinggi. Sedangkan batubara sub-bituminous digunakan di pabrik pembangkit listrik di negara kurang berkembang karena harganya lebih murah.
Empat jenis batubara berdasarkan komponen geologis dan kualistasnya (nilai panas).
Jenis | Kualitas | Nilai kalori (kkal/kg) |
Lignite | Low | <5100 |
Sub-bituminous | Medium | 5100 – 6100 |
Bituminous | High | 6100 – 7100 |
Anthracite | Very High | >7100 |
Sumber:
Industri Batu Bara
· Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia Soedjoko Tirtosoekotjo, ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menjalankan bisnis batu bara (www.swa.co.id tanggal 10 Juli 2006), yaitu:
1. Memperoleh konsesi dengan mengajukan izin penyelidikan umum, eksplorasi hingga eksploitasi.
2. Joint venture dengan pemilik konsesi yang sudah ada
3. Mengakuisisi perusahaan pertambangan yang sudah beroperasi
4. joint operation yaitu operasi penambangan akan diserahkan untuk dikelola perusahaan lain.
5. Pedagang (trader), yang menghubungkan pihak pembeli dengan produsen.
· Harga batubara diprediksi bisa menembus USD 81 per ton di triwulan
IV-2008 atau tumbuh 38,8% dari posisi triwulan I-2008 (www.detikfinance tanggal 30 April 2008). Namun pada 19 Mei 2008 harga batubara terpantau berada pada US$ 108,75. sehingga harga batubara telah naik 90,79% selama 100 hari terakhir dan naik 88,31% selama tahun 2008 (www.vibiznews.com tanggal 19 Mei 2008). Pada 30 Mei 2008, harga batu bara untuk pembangkit (thermal coal) di pelabuhan Newcastle, Australia, yang tercermin dalam indeks globalCOAL NEWC telah mencapai USD 151,70 per ton. Harga ini dua kali lipat lebih dibandingkan harga awal tahun 2008 yang baru sebesar USD 56,35 per ton. Kondisi ini disebabkan lalu lintas pelabuhan yang terganggu sehingga menghambat pengapalan batu bara padahal permintaan batu bara tengah melonjak akibat perusahaan listrik India mengimpor batu bara dua kali lebih banyak dari biadanya dan China membatasi ekspor batu bara. Pengamat perminyakan dan energi, Kurtubi menilai peningkatan harga minyak juga ikut memicu kenaikan harga batu bara dan meramalkan harga batu bara akan menembus USD 200 per ton hingga akhir 2008 (Kontan tanggal 02 Juni 2008).
Gambar. Pergerakan Indeks Harga Batubara
Sumber: www.coalportal.com
· Kenaikan harga batu bara tidak bisa langsung dinikmati oleh produsen batu bara. Hal ini karena harga jual batu bara telah terikat kontrak sebelumnya (Kontan tanggal 02 Juni 2008).
Keadaan supply dan demand
· Menurut World Coal Institute (2006), batubara tetap menjadi bahan bakar yang paling banyak dipakai di pembangkit listrik di banyak negara industri berkembang selama beberapa tahun mendatang. Hal ini karena harga batubara lebih rendah dibanding harga minyak mentah, maka batubara dianggap sebagai bahan bakar fosil termurah berdasarkan kadar panasnya. Keuntungan lain dari batubara meliputi pasokan yang stabil dari berbagai sebaran lokasi geografis, penyimpanan yang aman dan mudah, serta kemudahan transportasi melalui kereta atau kapal.
· Secara geografis, pertumbuhan impor terbesar ada di Asia. China merupakan salah satu kontributor utama pertumbuhan impor batubara di Asia sedangkan Indonesia merupakan eksportir utama sejak tahun 2005.
Impor (juta ton) | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 |
Asia | |||||
Jepang | 94.4 | 102.6 | 114.8 | 118.0 | 115.4 |
Korea Selatan | 3.4 | 4.7 | 6.5 | 5.9 | 5.8 |
Taiwan | 42.9 | 46.6 | 52.4 | 52.9 | 54.1 |
China | 31.8 | 43.2 | 40.7 | 47.4 | 53.8 |
India | 11.9 | 12.6 | 15.5 | 23.7 | 23.8 |
Asia lain | 55.4 | 50.5 | 63.6 | 63.5 | 81.0 |
Total Asia | 239.8 | 260.2 | 293.5 | 311.4 | 333.9 |
Eropa | 144.1 | 159.7 | 171.9 | 170.7 | 185.4 |
Amerika Utara | 31.8 | 43.2 | 40.7 | 47.4 | 53.8 |
Timur Tengah | 8.7 | 14.3 | 11.3 | 11.7 | 13.1 |
Amerika Selatan/Tengah | 3.4 | 4.7 | 6.5 | 5.9 | 5.8 |
Afrika | 3.6 | 4.1 | 4.1 | 4.2 | 4.7 |
Oceania | 0.2 | 0.2 | 0.2 | 0.2 | 0.2 |
Lainnya | 22.4 | 28.4 | 24.6 | 25.1 | 27.8 |
Total | 454.0 | 514.8 | 552.8 | 576.6 | 624.7 |
Sumber: AME Minerals Economics Pty Ltd (2007).
Ekspor (juta ton) | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 |
Indonesia | 70.2 | 87.8 | 103.0 | 123.8 | 168.9 |
Australia | 99.5 | 104.0 | 107.9 | 108.8 | 112.8 |
Russia | 33.9 | 46.9 | 60.0 | 63.6 | 74.0 |
Afrika Selatan | 67.3 | 66.8 | 63.6 | 72.8 | 65.6 |
China | 68.9 | 79.9 | 75.3 | 63.3 | 56.0 |
Columbia | 33.9 | 44.4 | 49.9 | 53.8 | 56.0 |
Kazakhtan | 22.3 | 25.4 | 24.9 | 22.5 | 21.0 |
Amerika Serikat | 16.3 | 18.9 | 19.0 | 19.1 | 19.8 |
Polandia | 19.1 | 17.4 | 16.6 | 17.6 | 12.5 |
Lainnya | 22.6 | 23.3 | 32.6 | 31.3 | 38.1 |
Total | 454.0 | 514.8 | 552.8 | 576.6 | 624.7 |
Sumber: AME Minerals Economics Pty Ltd (2007).
· Konsumsi batubara Indonesia 2005 sebagai berikut:
- Pembangkit listrik 64%
- Industri 22%
- Semen 14%
Sumber: ESDM (2006)
· Secara rata-rata, konsumsi batubara Indonesia hanya 26% dari total produksinya, sedangkan 74% produksi dijual ke pasar ekspor. Selama 10 tahun terakhir, produksi dan konsumsi Indonesia telah meningkat masing-masing 14.5% dan 14.9%. Diperkirakan produksi dan konsumsi batubara Indonesia akan meningkat mengingat rencana pemerintah untuk menyediakan tambahan pembangkit listrik batubara berkapasitas 10000 MW di seluruh Indonesia pada tahun 2010. Tambahan pembangkit listrik ini diperkirakan mendorong/memacu konsumsi batubara domestik hingga 40 juta ton p.a. Banyak pemain industri yakin Indonesia akan memproduksi 200 juta ton batubara pada tahun 2010.
Produksi dan konsumsi batubara Indonesia (dalam juta ton)
| 1997 | 1998 | 1999 | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 |
Produksi | 33.7 | 38.3 | 45.3 | 47.4 | 46.5 | 63.6 | 70.3 | 81.4 | 90.4 | 119.9 |
Konsumsi | 8.2 | 9.3 | 11.6 | 13.7 | 16.7 | 18.0 | 17.9 | 22.1 | 23.5 | 27.7 |
Sumber: BP Stastitical Review of World Energy 2006/2007.
Kondisi persaingan
· Produksi batubara
Tujuh perusahaan pertambangan batubara terbesar tahun 2006
Perusahaan | Produksi (juta ton) |
PT Kaltim Prima coal | 35,30 |
PT Adaro | 34,70 |
PT Kideco Jaya Agung | 18,90 |
PT Arutmin | 15,30 |
PT Indominco Mandiri | 10,64 |
PT Berau Coal | 10,54 |
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk | 8,67 |
T O T A L | 134,05 |
Sumber: ESDM (2007), kecuali PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia dari BUMI
Prospek Industri Batu Bara
· Konsumsi batubara dunia telah meningkat cepat sejak tahun 2001 seiring harga minyak melonjak CAGR 21.7% p.a. sementara di saat yang sama harga batubara hanya meningkat CAGR 9% p.a. Kondisi ini memicu konsumsi batubara sebagai substitusi sumber energi. Konsumsi batubara selama 5 tahun terakhir (2001 – 2006) telah meningkat CAGR 3.1% p.a., hampir 2 kali lipat dibanding periode 5 tahun sebelumnya (1996 – 2001) yang hanya meningkat CAGR 1.75 p.a.
Outlook produksi batubara
| 2005 | 2006 | 2010 | 2015 | 2020 | 2025 |
Domestik | 41 | 46 | 115 | 148 | 177 | 214 |
Ekspor | 106 | 124 | 101 | 109 | 106 | 104 |
Produksi | 150 | 169 | 216 | 257 | 283 | 318 |
Sumber:
· Jika dilihat kebutuhan batu bara di level nasional, maka kebutuhan untuk sektor pembangkit listrik, semen dan industri di masa yang akan datang terus meningkat pesat, yang berarti eksplorasi yang lebih besar.
Perkiraan Kebutuhan Batu Bara Nasional (juta ton)
Tahun | Kelistrikan | Pabrik Semen | Industri |
2010 | 47,7 | 6,3 | 4,5 |
2015 | 54,0 | 8,5 | 7,6 |
2020 | 72,0 | 11,1 | 12,5 |
Sumber: CSBD, Studi Industri Batubara (2006).
Substitusi
Barang substitusi bagi batubara antara lain :
- Minyak Bakar/MFO/MDO/Solar
Merupakan bahanbakar utama yang selama ini digunakan untuk mengerakkan mesin industri maupun diesel penghasil listrik. Semakin mahalnya harga Minyak mentah sebagai bahan dasar pembuatan BBM bagi industri menyebabkan banyak perusahaan industri manufaktur mulai beralih ke batu bara. Tingkat efisiensi penggunaan batubara sebagai penggati bahan bakar boiler pada pabrik tekstil adalah 30% dibandingkan boiler yang memakai bahan bakar dari minyak (solar/MFO/MDO). Pada sisi lain pengenaan tarif solar industri yang lebih mahal dari solar untuk non industri menyebabkan biaya bahan bakar untuk pabrik semakin meningkat. Keunggulan BBM sebagai sumber energi pada industri manufaktur adalah sebagian besar pabrik masih memiliki boiler dengan bahan bakar minyak, untuk beralih ke batubara dibutuhkan investasi yang cukup besar.
- Listrik dari Energi non BBM
Energi listrik alternatif untuk industri manufaktur dan power plant adalah dengan menggunakan energi yang dapat diperbaharui seperti energi air (PLTA), energi panas bumi (PLTG) dll. Pembangkit listrik dengan energi non BBM ini masih terbatas kemampuan dalam menyuplai energi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan industri.
Strategi usaha
Strategi usaha yang dapat dilakukan oleh pemain dalam industri batu bara adalah:
- Mengikat kontrak dengan beberapa buyer sehingga bargaining position semakin kuat.
- Mengupayakan loading rate yang semakin meningkat.
- Menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan calon pelanggan baru sehingga kontinuitas pemesanan dan negosiasi harga menjadi lebih mudah.
- Melengkapi peralatan dan SDM sehingga mampu memproduksi batu bara dengan efektif.
- Mengupayakan Community Development yang baik sehingga ganguan terhadap aktivitas tambang dapat diminimalisir.
- Antisipasi terhadap isu kelestarian alam dan lingkungan hidup yang sering dijadikan komoditi oleh LSM.
Saluran pemasaran
- Saluran pemasaran langsung, yaitu penjualan kepada pengguna akhir misalnya kepada PLN, industri semen, dan industri lainnya.
- Saluran pemasaran tak langsung, yaitu penjualan dengan menjadi subkontrak suatu proyek.
Pembeli utama
Negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia (2005) adalah Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong dan India. Ekspor ke China hanya 1,16%.
No. | Negara | Persentase |
1. | Jepang | 22,82 |
2. | Taiwan | 13,68 |
3. | Korea Selatan | 9,38 |
4. | Hong Kong | 8,45 |
5. | India | 8,24 |
6. | Swiss | 4,04 |
7. | Thailand | 4,01 |
8. | Malaysia | 3,75 |
9. | Spanyol | 3,44 |
10. | Italia | 4,04 |
11. | Filipina | 2,50 |
12. | USA | 1,82 |
13. | Inggris | 1,67 |
14. | Lainnya | 12,18 |
Sumber: ESDM (2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar