zwani.com myspace graphic comments

Selasa, 13 Januari 2009

Industri Mebel

ASPEK OPERASIONAL :

Kayu Jati

·         Munculnya pasar untuk peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp daln lain-lain telah mendorong masyarakat di Jawa untuk membudidayakan kayu (hutan rakyat). Kayu yang banyak dibudidayakan adalah kayu sengon, jati dan mahoni (Sumardjani dan Waluyo, 2007). Kayu sengon banyak digunakan untuk peti kemas; pulp; perabot rumah tangga (meja. kursi, dipan, almari); bahan bangunan (usuk, reng). Kayu jati atau mahoni dan kayu keras lainnya lebih digunakan untuk perabot rumah tangga dan bahan bangunan rumah yang tergolong mewah.

·         Kebutuhan bahan baku kayu industri mebel dan kerajinan adalah sekitar 7-7,5 juta m3 per tahun dan umumnya adalah jenis kayu jati, mahoni, pinus, acasia, gmelina, durian, mangga, mbacang, kuweni, bungur, sonokeling, mindi, waru, kayu karet dan sebagian kecil kayu-kayu yang berasal dari hutan alam, seperti meranti, nyatoh, bangkirai, kempas (Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia, 2007).

·         Menurut Hery Santoso (2006) dalam Analisa Konsumsi Kayu Nasional, potensi tanaman hutan rakyat di pulau Jawa sampai dengan 2005 sebagai berikut:

Jenis Tanaman

Kuantitas

Jati

79,7 juta pohon

Sengon

59,8 juta pohon

Mahoni

45,3 juta pohon

Sumber: Hery Santoso (2006).

Dilihat dari jenisnya, kayu jati merupakan kayu favorit pilihan hampir 3 juta rumah tangga, dengan rata-rata pemilikan lebih dari 25 pohon per rumah tangga. Jenis berikutnya yang banyak ditanam adalah sengon, yang ditanam oleh 2 juta rumah tangga, baru kemudian mahoni, akasia dan pinus.

Jenis Tanaman

Rumah Tangga Pengelola (juta)

Jumlah Pohon (juta)

Persentase pohon siap tebang (%)

Konsentrasi Wilayah

Jati

3,05

79,71

23,14

Jateng

Sengon

2,32

59,83

24,61

Jateng

Mahoni

2,31

45,26

41,11

Jateng, Jabar

Akasia

1,20

32,20

37,69

Jatim, Jateng

Pinus

0,16

5,82

46,12

Jatim, Sumut

Sumber: Hery Santoso (2006).

·         Luas lahan yang dikelola Perum Perhutani sebesar 2.567.642 ha (meliputi 19% dari luas Pulau Jawa), terletak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten (Analisa Konsumsi Kayu Nasional 2007). Kawasan yang dikelola merupakan:

(i)      Hutan Produksi seluas 1.870.882 ha (73%), terdiri dari:

-          Jati 1.048.896 ha (56% dari hutan produksi), dan

-          Non Jati 821.965 ha (44% dari hutan produksi)

(i)      Hutan Lindung, tak baik untuk produksi dan lapangan dengan tujuan istimewa, seluas 696.760 ha (72%).

·         Potensi kayu yang dimiliki Perum Perhutani merupakan kayu Jati yang pada 1998 mempunyai areal produktif seluas 523.219 ha (50% dari areal hutan produksi jati) sedangkan kondisi tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 70.381 ha (14 % dari areal produktif), sehingga sisa areal produktif nya menjadi 452.838 ha (43 % dari areal hutan produksi jati). Kerusakan sumberdaya hutan tersebut yang tergolong parah, disebabkan oleh maraknya kegiatan penjarahan dan perambahan mulai tahun 1998 yang sampai saat ini masih berlangsung dan belum bisa ditanggulangi secara menyeluruh. Dalam kurun waktu tahun 1998 s/d 2002 terjadi penurunan volume standing stock dari 37.530.434 m3 menjadi 27.976.539 m3 (9.553.895 m3 atau ± 2.400.000 m3/tahun). Hal ini mengakibatkan penurunan potensi produksi kayu mulai tahun 1999, baik jati maupun non jati, dari  tahun 1999 sebesar ± 1.750.000 m3 pada tahun 2004 tinggal ± 847.000 m3. Terlebih lagi dengan adanya Jatah Produksi Tebang (JPT) Perum Perhutani tahun 2007 yang diturunkan menjadi sekitar 926.000 meter kubik dari JPT 2006 sebesar 976.965 meter kubik akan memperkecil produksi kayu jati (Analisa Konsumsi Kayu Nasional 2007).

 

Industri Mebel

·         Industri mebel Indonesia terdiri atas produk-produk kayu (kayu karet, mahogani, jati, akasia), rotan dan logam/plastik baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Sementara perusahaan besar umumnya mengkhususkan diri pada campuran panel (kayu lapis, papan partikel dan papan serat kepadatan sedang) dan kayu keras, produsen kecil-menengah berfokus pada mebel kayu keras. Hal itu disebabkan oleh tingginya biaya modal yang diperlukan untuk menghasilkan mebel berlapis panel. Bagi produsen kecil-menengah, biaya panel yang dibeli sebagai bahan masih tinggi, sebagaimana harga pasar produk-produk ini tercermin pada permintaan dalam negeri dan ekspor terhadap kayu lapis, papan partikel, dan papan serat kepadatan sedang (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007).

·         Sentra-sentra industri mebel dan kerajinan di Jawa Tengah terutama berkembang pesat di Semarang, Jepara, Solo dan Yogyakarta. Industri permebelan dan kerajinan ini didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri besar (Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia, 2007).

·         Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007), permasalahan yang dihadapi industri permebelan dan kerajinan sebagai berikut:

-          kurangnya bahan baku

-          negative brand image akibat pembalakan liar

-          rendahnya kualitas produk Indonesia dibanding produk dari negara lainnya.

-          lebih mahalnya harga produk Indonesia dibanding pesaing.

-          lebih disukainya produk-produk bersertifikat.

·         Ambar Tjahyono, Ketua Umum ASMINDO menyebutkan  dari segi kualitas bahan baku dan desain produk, Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan negara produsen mebel lainnya (Bank Ekspor Indonesia, 2007).

 

Proses Produksi (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007)

1.      Setelah ditebang, kayu bulat dikuliti dan dipotong menjadi papan di kilang gergaji, kemudian kayu ditumpuk dan diantar dengan truk ke lahan penerimaan pabrik mebel. Syarat pembayaran biasanya tunai ke kontraktor yang memotong dan mengangkut kayu. Bahan-bahan lain, dari panel sampai lem, bahan pemulas, perkakas, kemasan, dan bahan tak langsung dibuat setempat atau di pabrik mancanegara dan dibeli dari pemasok yang biasanya bekerja atas pembayaran net-30, yang berarti seluruh tagihan harus dibayar ke pemasok bahan mentah dalam 30 hari.

2.      Setelah diterima oleh pabrik mebel, papan ditempatkan di kamar hampa autoklaf. Campuran encer boraks (untuk terapan penindasan jamur noda biru) dan boriks (insektisida) dimasukkan ke kamar hampa itu dan menyusupi segenap serat dari kayu yang sedang dirawat. Lalu, papan dipindahkan dan ditempatkan langsung di kamar pengering untuk dikeringkan.

3.      Proses pengeringan mencakup penghembusan terus-menerus udara panas dan kering ke kamar pengering. Gerakan hidrolis menarik kelembapan yang terbenam jauh di papan. Banyak kamar pengering kini dikendalikan komputer untuk memantau keadaan kamar. Kamar pengering dipantau secara berkala dan kandungan kelembapan sejumlah papan diperiksa. Kayu dikeluarkan setelah kandungan kelembapan kurang dari 10%.

4.      Kayu gergajian yang dikeringkan ini dipotong dan digiling di mesin penggosok atau pencetak. Kerja pencetakan memotong enam sisi sekaligus, menghasilkan kayu halus berukuran tepat dan siap untuk pengolahan selanjutnya.

5.      Langkah pengolahan berikutnya adalah menyambung-gerigikan (finger-joint) potongan-potonganpendek kayu untuk menyusun papan yang lebih panjang. Potongan lika-liku (zigzag) papan yang tersambung-gerigi memaksimalkan bidang permukaan kayu yang dilem. Jika dilakukan dengan benar, kayu tersambung-gerigi lebih kuat daripada kayu alami yang melingkunginya. Papan sambungan ini digabungkan di mesin tekan kepit besar, lalu digosok lagi untuk menghilangkan kekasaran atau beda ketebalan atau lebar di sepanjang papan.

6.      Setelah digiling, dibentuk dan diputar, komponen-komponen dipulas dalam sebuah proses banyak langkah yang mencakup beberapa lapisan awal plamir. Langkah itu melenyapkan permukaan yang tak rata dan lubang di kayu, menghasilkan permukaan licin yang siap bagi pemulasan akhir. Satu-satu komponen dipulas sebagai komponen bagian dari suatu satuan rangkai-sendiri (knock down) atau satuan utuh lewat perakitan memakai paku dan sekrup.

7.      Beberapa langkah ulangan diperlukan dalam pemulasan. Pertama, plamir disapukan dalam satu atau dua lapisan. Plamir adalah bahan dari lak yang cepat kering dan, saat kering, membuat penggosokan efisien. Setelah itu, konveyor cat memudahkan kerja penyemprotan dan penganginan. Biasanya sebuah oven segaris menjadi bagian dari jalur perakitan dan memercepat proses pengeringan. Setelah kering, komponen dipindahkan dan dikemas untuk dikapalkan menggunakan lembaran busa polietilen dan karton luar lima lidah (five-ply).

 

ASPEK PEMASARAN :         

Keadaan supply dan demand         

·         Perdagangan mebel di pasar dunia saat ini trennya juga cenderung terus membaik. Nilai perdagangan mebel dunia meningkat dari USD 51 milyar pada tahun 2000 menjadi USD 76 milyar pada tahun 2005. Pada 2006, angkanya telah melonjak naik menjadi USD 80 miliar (Bank Ekspor Indonesia, 2007).

·         Namun, pangsa pasar mebel di dunia masih dipegang oleh negara pengekspor mebel terkemuka, antara lain: Italia yang menguasai pangsa pasar sebesar 14,18 %, disusul Cina (13,69%), Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%). Sedangkan pangsa pasar mebel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9% (Bank Ekspor Indonesia, 2007).

·         Indonesia telah memertahankan pangsa pasarnya lebih-kurang tetap selama lebih dari tiga tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun terjadi lonjakan tajam pangsa pasar yang direbut oleh China.

Tabel. Pangsa Pasar Ekspor Dunia untuk Mebel.

   

Sumber: Global Trade Atlas (2006).

·         Pemerintah telah mengupayakan untuk mengembangkan industri mebel dan menetapkan sektor ini sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah Air. Selama tahun 2005, ekspor mebel dan kerajinan Indonesia telah mencapai sebesar USD 1,8 miliar. Skala itu meningkat di tahun 2006 menjadi USD 2,2 miliar. Bahkan, di tahun 2007, nilai ekspor mebel dan kerajinan ditargetkan mencapai USD 2,9 miliar. Dan, jika tak ada hambatan, pada 2010 pemerintah menargetkan ekspor mebel nasional bisa menembus USD 5 miliar (Bank Ekspor Indonesia, 2007).

·         Selama 2000-2005 ekspor mebel Indonesia meningkat 17%, bernilai seluruhnya 1,78 milyar dolar AS pada 2005 (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007).

Gambar. Penjualan Mebel Ekspor dari Indonesia (2000-2006) dalam USD.

 

Sumber: Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007

·         Data dari Kompas Maret 2005 bahwa ekspor mebel Jateng menunjukkan penurunan yang lebih kecil dari penurunan ekspor mebel nasional, sehingga sharenya terhadap total ekspor mebel nasional menunjukkan peningkatan sebagaimana terlihat dalam tabel :

Periode

Ekspor Mebel (USD juta)

Growth

Share

Jateng

Jateng

Nasional

Jateng

Nasional

1999

453.74

1.209.00

 

 

37.53%

2000

528.80

1.470.00

+18.75%

+21.59%

36.65%

2001

503.30

1.389.00

-  6.59%

- 5.51%

36.23%

2002

497.10

1.470.00

- 1.23%

+ 5.83%

33.82%

2003

476.10

1.520.00

- 4.22%

+ 3.40%

31.32%

2004

457.00

1.550.00

- 4.01%

+ 1.97%

29.48%

2005

480.25

1.630.00

+ 5.22%

+ 5.16%

29.50%

 Sumber : Depperindag dan Asmindo

·         Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO) menargetkan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional dapat naik 15% untuk masa sepanjang tahun 2008 (Kompas tanggal 08 Maret 2008). Nilai ekspor mebel dan kerajinan tahun 2006 mencapai Rp. 1,3 trilyun, tahun 2007 diperkirakan Rp.2,7 trilyun, sedangkan untuk tahun 2008 optimis naik 15% dari tahun 2007.

·         Komposisi perkiraan ekspor mebel dan rotan tahun 2008 dari ASMINDO mencapai sebagai berikut :

~ Mebel dari  Kayu            =  459.774,6 ton    61,61 %

~ Mebel dari  Rotan           =    85.886,6 ton    11,51 %

~ Mebel dari  Besi             =    18.548,1 ton      2,48 %

~ Mebel dari  Bambu         =      4.578,8 ton      0,61 %

~ Mebel dari  Plastik          =      4.123,6 ton      0,55 %

~ Mebel dari  Bhn.lainnya  =  173.286,0 ton    23,24 %

     Total                         =  746.197,7 ton  100,00 %

.

Kondisi persaingan

·         Persaingan di pasar ekspor berasal baik dari produsen lokal maupun produsen luar negeri relatif ketat, antara lain :

-    Pesaing usaha sejenis yang berasal dari lokal dan sekitarnya.

-    Pesaing usaha sejenis yang berasal dari luar negeri saat ini masih cukup banyak yaitu antara lain dari negara Cina, Vietnam, Kamboja, Malaysia dan Myanmar, dimana mereka cukup gencar menyerbu pasar Eropa dengan keunggulan kualitas yang tinggi dan harga yang lebih murah karena bahan kayu jati yang melimpah dinegara masing-masing, namun dari negara-negara tersebut sebagian besar perusahaan besar yang tidak mau mengekspor dalam partai kecil (satu-dua kontainer dengan barang yang tidak sejenis).

·         Dari data th 2005 yang dicatat oleh Kantor Kehutanan dan Kantor Industri, Perdagangan & Koperasio (INDAKOP), di Jawa Tengah terdapat 1.232 industri mebel. Produksi mebel terpusat di daerah Jepara, Klaten, Sukoharjo dan Sragen.

Tabel. Jumlah Industri Mebel di Jawa Tengah

No

Kabupaten

Mebel

1

Banjarnegara

-

2

Banyumas

1

3

Batang

1

4

Blora

40

5

Boyolali

-

6

Brebes

15

7

Cilacap

-

8

Demak

-

9

Grobogan

90

10

Jepara

398

11

Karanganyar

-

12

Kebumen

-

13

Kendal

45

14

Klaten

-

15

Kudus

4

16

Magelang

31

17

Pati

2

18

Pekalongan

11

19

Pemalang

82

20

Purbalingga

30

21

Purworejo

2

22

Rembang

151

23

Semarang

69

24

Sragen

50

25

Sukoharjo

116

26

Tegal

3

27

Temanggung

10

28

Wonogiri

72

29

Wonosobo

9

 

T O T A L

1232

Sumber : INDAKOP (2005).

·         Daftar Anggota ASMINDO secara nasional yang memproduksi mebel dari kayu jati sebagai berikut.

Nama Perusahaan

Barang Produksi

Produksi Ekspor

Pasar Utama

Artanis Pratama Jaya, PT

Mebel kebun dari jati

10 peti kemas

Amerika Serikat, Turki, Yordania, Inggris, Italia 

Axioma

Mebel jati

10 peti kemas

Eropa, Australia

Koloni Timur, PT

Mebel jati

5 – 6 peti kemas

Eropa, Asia, Australia

Erinco, CV

Lemari, meja jati

4 peti kemas

Belanda, Inggris

Hot Wax Furniture

Mebel jati luar dan dalam ruangan

4 peti kemas

Irlandia, spanyol

Kali Jaya Putra, PT

Mebel jati dalam ruangan, mebel rotan, parket

78 peti kemas

Amerika Serikat, Jepang, Korea, China, Hongkong, Perancis

Mariposa Jakarta, PT

Mebel jati keras

8 – 18 peti kemas

Eropa, Inggris

Mutina Jaya Abadi, PT

Mebel jati dalam dan luar ruangan

3 peti kemas

Austria

Puri Jepara Furniture

Mebel jati, mahogani dan bambu

15 peti kemas

Eropa, Afrika Selatan, Amerika Serikat

Rimba Sentosa, CV

Mebel kebun dan dalam ruangan dari jati

12 peti kemas

Perancis, Jerman, Yunani, Denmark

Roda Jati Solo, CV

Mebel jati

10 peti kemas

Eropa, Amerika Serikat

Safiya Furniture

Mebel kebun dan dalam ruangan dari jati

5 peti kemas

Eropa, Amerika Serikat

Sasana Antique

Mebel jati dan kayu

10 peti kemas

Eropa, Amerika Serikat

 

T O T A L *)

82 peti kemas

 

Sumber: Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007.

*) Total dari perusahaan yang hanya memproduksi mebel dari jati.

Substitusi

Substitusi mebel dari kayu jati adalah mebel rotan dan mebel logam/plastik. Mebel kayu mengisi 75% ekspor, sementara mebel rotan dan logam/plastik menyumbang masing-masing 20% dan 5% (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007).

 

Strategi usaha

Strategi usaha yang perlu dilakukan oleh industri mebel adalah:

-          Menciptakan produk yang responsif terhadap permintaan pasar, khususnya pengembangan produk yang unik dan berdesain etnik.

-          Membangun dan menggunakan sumber-sumber pasokan bahan baku alternatif.

-          Investasi dan perbaikan teknologi.

 

Saluran pemasaran (Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007)

·         Penyaluran ekspor umumnya dilakukan menggunakan surat kredit (L/C). Proses ekspor dimulai setelah seorang wakil dari perusahaan pembeli memeriksa contoh barang yang akan dikapalkan. Jika dapat diterima, pabrikan mebel menghubungi perusahaan pengantar barang untuk mengatur jadwal dan semua dokumentasi yang diperlukan bagi pengapalan.

·         Atas kesepakatan, peti kemas kosong dari perusahaan pengantar barang dibawa ke fasilitas pabrikan dan dimuati dengan barang jadi. Setelah penuh, truk diarahkan ke pelabuhan pengapalan tempat barang dibongkar dan diletakkan di kapal dagang. Ini biasanya titik di mana pembeli menerima tanggungjawab pengapalan, dalam pengaturan yang umum disebut “bebas setelah dimuat” (FOB—free on board).

·         Pengiriman barang lewat laut memakan 4-5 minggu untuk tiba di pelabuhan penerima (misalnya, Eropa, Amerika Serikat) dan dibongkar di dermaga. Setelah urusan kepabeanan, barang dimuat ke truk dan diantar ke gudang pembeli untuk pengantaran akhir ke toko-toko pengecernya. Biaya pengantaran di negara tujuan akhir beragam bergantung pada apakah perusahaan pengantar barang atau pembeli yang menanggungnya.

 

Pembeli utama

·         ASMINDO melaporkan pada tahun 2005, total nilai ekspor furniture adalah sekitar USD 1,79 milyar dimana negara tujuan ekspor mebel Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat (37%), Jepang (12%), Inggris (8%) dan Belanda (8%), Jerman (7%), dan Perancis (7%). Selain itu, ekspor juga ditujukan ke negara-negara Italia, Belgia, Spanyol, dan Australia.

·         Data dari Bank Ekspor Indonesia (2007) menyebutkan Eropa merupakan pasar terbesar produk mebel dan kerajinan Indonesia, yakni sekitar 45%. Sisanya dikonsumsi oleh Amerika Serikat (36%), Timur Tengah (6%), dan Australia (4%).

·         Data dari Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007 menyebutkan pasar ekspor mebel terbesar bagi Indonesia adalah Amerika Serikat (29,3%), diikuti oleh Jepang (9,6%), Belanda dan Inggris (masing-masing 6,47%).

      Gambar. Negara Tujuan Ekspor Mebel Indonesia 2005.

 

Sumber: Tinjauan Rantai Industri Mebel tanggal 16 Februari 2007.